beta-thalassemia-2 Talasemia beta akan terjadi bila terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin yang ada. Individu normal mempunyai 2 gen alpha yaitu alpha thal 2 dan alpha thal 1 yang terletak pada bagian pendek kromosom 16 (aa/aa).

Hilangnya satu gen (silent carrier) tidak menunjukkan adanya gejala klinis sedangkan hilangnya 2 gen hanya akan memberikan manifestasi ringan atau tidak akan memberikan gejala klinis yang jelas. Hilangnya 3 gen (penyakit Hb H) memberikan anemia moderat dan gambaran kinis talasemia betha intermedia. Aktifitas Hb H terhadap oksigen sangat terganggu dan destruksi eritrosit lebih cepat. Delesi ke 4 gen alpha (homozigot alpha thal 1, Hb Barts Hydrops fetalis) menjadi tidak kompatibel dengan kehidupan akhir intra uterin atau neo natal bila tanpa transfusi darah.

Secara garis besar Talasemia beta terbagi menjadi :
  • Beta Thalassaemia Trait.
    Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang mengalami mutasi. Penderita mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer).
  • Thalassaemia Intermedia.
    Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa memproduksi sedikit rantai beta globin. Umumnnya penderita akan mengalami anemia yang tingkatannya tergantung dari tingkatan mutasi gen yang terjadi.
  • Thalassaemia Major (Cooley’s Anemia).
    Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak memungkinkan memproduksi rantai beta globin. Umumnya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.
Gen yang mengatur produksi rantai beta terletak di sisi pendek kromosom 11. Pada thalassemia betha, mutasi gen disertai berkurangnya produksi mRNA dan berkurangnya sintesis globin dengan struktur normal. Di bedakan dalam 2 golongan besar thalassemia betha :
  • memproduksi sedikit rantai betha (tipe beta plus)
  • tidak memproduksi rantai beta (tipe beta nol)
Defisit sintesis globin beta hampir paralel dengan defisit globin beta mRNA yang berfungsi sebagai template untuk sintesis protein. Pada thalassemia beta produksi rantai beta terganggu, yang mengakibatkan menurunnya kadar Hb sedangkan produksi Hb A2 dan atau Hb F tidak akan terganggu karena tidak memerlukan rantai beta dan justru memproduksi lebih banyak daripada keadaan normal, dimungkinkan sebagai usaha kompensasi. Kelebihan rantai globin yang tidak dipergunakan karena tidak memiliki pasangan akan mengendap pada dinding eritrosit. Keadaan ini menyebabkan ertitropoesis berlangsung tidak efektif dan eritrosit akkan memberikan gambaran anemia hipokrom dan mikrositer.


Refferensi :
- Yuki Yunanda, Thalassemia

alpha-thalassemia-1 Penyebab Alpha Thalassemia ini karena adanya mutasi dari salah satu atau seluruh globin rantai alpha yang ada (mutasi delesi).  Rantai globin alpha adalah komponen penting dari hemoglobin (Hb) pada janin dan dewasa. Hemoglobin pada janin terdiri dari 2 rantai globin alpha, 2 rantai globin gama dan 4 molekul heme (besi). Sedangkan hemoglobin dewasa terdiri dari 2 rantai globin alpha, 2 rantai globin beta dan 4 molekul heme (besi). Gen globin alpha ada 2 pasang, maka jumlah total ada 4 buah gen globin yang identik, yang terletak pada kromosom 16 (2 gen) pada setiap belah kromosom. Kelainan gen globim alpha sebagian besar disebabkan karena hilangnya satu atau dua gen globin alpha pada tiap belah kromoson.

Bentuk homozigot mutasi ini akan menghasilkan janin atau bayi hydrop fetalis. Mutasi   ini banyak dijumpai pada populasi Asia Tenggara yang mendapat pengaruh kuat dari gen Mongoloid sehingga dianggap sebagai pertanda genetik populasi di Asia Tenggara. Penyebaran mutan ini dijumpai di Thailand, Malaysia dan Filipina dalam frekuensi polimorfik, tetapi tidak dijumpai pada populasi Papua ataupun populasi lainnya di kepulauan Pasifik.

Tipe Alpha Thalassemia ini terbagi berdasarkan jumlah gen yang hilang yaitu :
  • Silent Carrier State (gangguan pada 1 rantai globin alpha).
    Pada keadaan ini tidak akan timbul gejala sama sekali pada penderita atau hanya terjadi sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom).
    Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis ringan artinya mempunyai kelainan pada gen globin alpha tetapi tidak menyebabkan kelainan atau gangguan fisik, hanya ada sedikit perubahan pada gambaran sel darah merahnya. Gambaran sel darah merahnya hampir sulit dibedakan dengan orang normal, kecuali  ukuran sel darah merahnya (MCV) sedikit lebih kecil dan jumlah hemoglobin per sel darah merah (MCH) yang sedikit lebih rendah dari ukuran normal. Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis ini hanya mempunyai 3 globin alpha karena hilangnya 1 gen globin alpha. Pembawa sifat ini tidak akan mengalami kesehatan yang berarti, dapat melakukan aktivitas fisik atau mental yang sarna dengan orang yang tidak mempunyai kelainan ini.
  • Alpha Thalassemia Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha).
    Penderita hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari ukuran normal (mikrositer).
    Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis berat artinya mempunyai kelainan pada gen globin alpha tetapi tidak menyebabkan kelainan atau gangguan fisik, hanya ada perubahan pada gambaran sel darah merah yang sangat jelas yaitu ukuran sel darah merahnya (MCV) lebih kecil dari ukuran normal dan jumlah hemoglobin per sel darah merah (MCH) lebih rendah dari jumlah normal. Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis ini hanya mempunyai 2 gen globin alpha yang berfungsi. Kedua gen globin alpha ini terletak pada satu belah kromosom dan yang sebelahnya tidak mempunyai gen globin alpha sama sekali atau pada setiap belah kromosom hanya ada 1 gen globin alpha. Pembawa sifat jenis ini tidak mengalami masalah kesehatan yang berarti, dapat melakukan aktivitas fisik atau mental yang sama dengan orang yang tidak mempunyai kelainan ini, tetapi dapat mengalami anemia ringan pada saat hamil atau saat menderita infeksi berat.
  • Hb H Disease (gangguan pada 3 rantai globin alpha).
    Gambaran klinis penderta dapat bervariasi dari tidak menunjukkan adanya gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa (splenomegali).
    Ditandai dengan hanya 1 gen globin yang berfungsi. Penderita ini dilahirkan dari pasangan yang salah satunya pembawa sifat thalassaemia alpha berat sedangkan yang lainnya pembawa sifat thalassaemia alpha ringan. Penyakit ini harus dicurigai pada bayi baru lahir yang semua sel darah merahnya pucat dan mempunyai Hb Bart yang tinggi. Hb Bart dibentuk dari 4 buah rantai globin gama. Hemoglobin ini tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada anak yang lebih besar penyakit HbH ditandai dengan anemia sedang kadar (kadar Hb antara 8 sid 10 g/dl), sel darah merahnya kecil dan pucat serta ditemukan adanya HbH. HbH dibentuk dari 4 rantai globin beta dan tidak berfungsi seperti Hb yang normal. Kadar Hb pada penderita HbH relatif stabil, tetapi kadar Hb dapat turun dengan drastis pada saat menderita infeksi virus, dan terekspos atau mengkonsumsi obat-obat, zat kimia atau makanan yang bersifat oksidan seperti obat jenis sulfa, "benzene" (terdapat dalam bensin, batubara, bahan kimia untuk pembuatan plastik). Walaupun jarang, dapat terjadi anemia berat, batu empedu, tukak pada kulit, dan pembesaran limpa yang hebat sampai memerlukan pengangkatan limpa.
  • Alpha Thalassemia Major (gangguan pada 4 rantai globin alpha).
    Merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alpha. Pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk (sama sekali tidak mempunyai gen globin alpha) sehingga tidak ada HbA atau HbE yang diproduksi. Biasanya fetus (janin) yang menderita alpha thalassemia major mengalami anemia pada awal kehamilan, kemudian membengkak karena kelebihan cairan (hydrops fetalis), lalu terjadi pembesaran hati dan limpa. Fetus (janin)  yang menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan.
    Penderita ini dilahirkan dari pasangan yang keduanya pembawa sifat thalassaemia alpha jenis berat. Pada keadaan ini terjadi kematian janin berumur 8 sid 9 bulan karena janin mengalami kekurangan oksigen berat. Ibu dari janin ini dapat mengalami penyakit yang berat.


Refferensi :
- Yayasan Thalassaemia Indonesia Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassaemia Indonesia
- Ratna Akbari Ganie, Thalassemia : Permasalahan dan Penanganannya

thalassemia_minor Disebut juga sebagai thalassemia trait/pembawa sifat Thalassemia. Ditujukan kepada orang-orang yang sehat baik fisik dan mental, sehingga mereka tidak memerlukan perawatan medis yang khusus, namun dapat mewariskan thalassemia mayor kepada anak-anaknya.

Meskipun thalassemia minor tidak bermasalah, namun jika menikah dengan penderita thalassemia minor juga akan menimbulkan masalah. Kemungkinan 25% dari anak-anak mereka akan menderita thalassemia mayor. Pada garis keturunan pasangan penderita thalassemia minor ini akan muncul penyakit thalassemia mayor dengan berbagai ragam keluhan, seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering mengalami pendarahan.

Sel-sel darah merah dari orang yang menderita Thalassemia trait/pembawa sifat thalassemia memiliki ukuran yang lebih kecil dari ukuran normal. Penderita Thalassemia trait/pembawa sifat Thalassemia juga memiliki sejenis Haemoglobin yang lebih banyak yang disebut Haemoglobin A2 dalam darah mereka. Thalassemia trait/pembawa sifat Thalassemia sudah ada sejak mereka dilahirkan dan akan tetap ada sepanjang hidup orang yang menderitanya dan akan diwariskan dari orang tua ke anak-anak mereka.

Refferensi :
Berbagai sumber

thalassemia-major Adalah penyakit darah yang diderita sejak lahir dimana anak-anak penderita   thalassaemia mayor tidak dapat membentuk Haemoglobin yang cukup dalam dalam darah mereka. Sumsum tulang mereka tidak dapat memproduksi sel-sel darah merah yang mengandung cukup hemoglobin. Sel-sel darah merah yang diproduksi hampir seluruhnya kekurangan hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein yang kaya akan zat besi yang berada di dalam sel darah merah memiliki peranan yang sangat penting untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang memerlukannya sebagai energi. Bila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh akan terganggu sehingga tidak mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal.

Karena penderita kekurangan darah merah maka akan menyebabkan anemia. Selain itu sel-sel darah merahnya menjadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga penderita memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya.

Anak-anak yang menderita thalassaemia mayor akan tampak normal pada saat lahir, tetapi menderita kekurangan darah pada usia antara 3 – 18 bulan dan mulai terlihat adanya gejala anemia. Mereka tampak pucat, tidak dapat tidur nyenyak, tidak mau makan dan mungkin akan memuntahkan makanan yang dimakan. Gejala lain yang bisa muncul adalah jantung berdetak lebih kencang dan facies cooley. Facies cooley merupakan ciri khas thalassemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.

Para penderita thalassemia mayor pada umumnya akan menunjukkan gejala klinis yang berat, seperti anemia, hepatosplenomegali, pertumbuhan yang terhambat dan kekurangan gizi sampai gizi buruk. Pasien thalassemia mayor akan memerlukan transfusi darah terus menerus selama hidupnya. Gejala anemia bahkan sudah dapat terlihat pada usia kurang dari satu tahun. Bentuk heterozigot biasanya secara klinis sukar dikenal karena memperlihatkan gejala klinis yang nyata dan umumnya tidak memerlukan  pengobatan.


Refferensi :
- Berbagai sumber

ThalassemiaSymptomsAsal kata Thalassemia yaitu talassa yang dalam bahasa Yunani berarti laut dan haima yang berarti darah. Yang dimaksud laut disini adalah Laut Tengah, karena dikenal pertama kali di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh seorang dokter dari Detroit USA yang bernama Thomas B. Cooley pada tahun 1925, yang menjumpai bahwa anak-anak yang menderita anemia dengan pembesaran limpa setelah berusia satu tahun. Anemia ini kemudian diberi nama anemia splenic / eritroblastosis / anemia mediteranean / anemia Cooley sesuai dengan nama penemunya.

Tidak hanya terdapat di sekitar Laut Tengah, tetapi Thalassemia juga ditemukan di Asia Tenggara yang sering disebut dengan sabuk thalassemia sebelum ditemukan untuk pertama kali pada tahun 1925. Di Indonesia banyak ditemukan kasus thalassemia karena adanya migrasi penduduk dan percampuran penduduk. Migrasi penduduk tersebut diduga berasal dari Cina Selatan yang dikelompokkan menjadi dua periode. Kelompok migrasi pertama diperkirakan masuk Indonesia sekitar 3.500 tahun yang lalu dan disebut Protomelayu (Melayu awal) dan migrasi kedua diperkirakan 2.000 tahun yang lalu yang disebut Deutromelayu (Melayu akhir) dengan fenotip Monggoloid yang kuat. Keseluruhan populasi ini menghuni kepulauan Indonesia yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi, pulau Jawa, Sumatera, Nias, Sumba dan Flores.
 
Thalassemia merupakan penyakit genetik. Diturunkan dari kedua orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit ini disebabkan kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin sebagai bahan utama darah.
Pada darah manusia terdiri dari plasma dan sel darah yang berupa sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Keseluruhan sel darah tersebut dibentuk oleh sumsum tulang, sementara hemoglobin yang merupakan salah satu pembentuk sel darah merah. Hemoglogin terdiri dari 4 rantai asam amino (2 rantai amino alfa dan 2 rantai amino  beta) yang bekerja bersama-sama untuk mengikat dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Karena kegagalan membentuk rantai asam amino inilah sehingga menyebabkan timbulnya thalassemia.

Penyakit thalassemia berdasarkan rantai asam amino yang gagal terbentuk, dibagi menjadi thalassemia beta (hilangnya rantai beta, bentuk homozigot) atau thalassemia trait (carrier = pembawa sifat) atau disebut juga dengan nama thalassemia minor dan thalassemia alfa (hilangnya rantai alfa, bentuk heterozigot) atau disebut juga dengan nama thalassemia mayor. Bentuk homozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia, sedangkan bentuk heterozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia.

Penderita thalassemia mayor (heterozigot) yang telah agak besar menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik berupa hambatan pertumbuhan, anak menjadi kurus bahkan kuranng gizi, perut buncit akibat hepato-splenomegali dengan wajah  yang khas mongoloid, frontal bossing, mulut tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik, maloklusi gigi.

Thalassemia minor atau disebut juga dengan nama thalassemia trait / bawaan adalah orang-orang yang sehat, namun berpotensi menjadi carrier atau pembawa thalassemia. Sementarai itu, thalassemia mayor adalah suatu penyakit darah serius yang bermula sejak awal anak-anak.

Penderita thalassemia mayor tidak dapat membentuk haemoglobin yang cukup dalam darah mereka, sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama kelamaan akan menyebabkan asfiksia jaringan (kekurangan O2), edema, gagal jantung kongestif, maupun kematian. Oleh karena itu, penderita thalassemia mayor memerlukan transfusi darah yang sering dan perawatan medis demi kelangsungan hidupnya.

Di negara-negara yang mempunyai frekuensi gen thalassemia yang tinggi menimbulkann masalah kesehatan masyarakat. Pada umumnya anak dengan penyakit thalassemia mayor tidak akan mencapai usia reproduktif bahkan mati di dalam kandungan atau mati setelah lahir. Penderita anemia berat dengan kadar Hb di bawah 6-7 gr% harus mendapatkan transfusi darah untuk seumur hidup. Hal ini untuk mengatasi para penderita anemia mempertahankan kadar haemoglobin 9-10% gr%. Pemberian transfusi darah yang berulang-ulang dapat menimbulkan komplikasi hemosiderosis dan hemokromatosis, yaitu menimbulkan penimbunan zat besi dalam jaringan tubuh sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh seperti hati, limpa, ginjal, jantung, tulang dan pancreas. Tanpa transfusi yang memadai penderita thalassemia mayor akan meninggal pada dekade kedua.

Efek lain yang timbul akibat transfusi adalah tertularnya penyakit lewat transfusi seperti penyakit hepatitis B, C dan HIV. Hingga kini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut bahkan dengan melakukan cangkok sumsum tulang pun belum mencapai hasil yang maksimal. Para ahli terus berusaha untuk mengurangi atau mencegah kelahiran anak penderitta thalassemia mayor atau thalassemia-α heterozigot.


Refferensi :
- Dr. dr. Ratna Akbari Ganie, Sp.PK, Thalassemia dan Permasalahannya.
- http://www.tanyadokteranda.com